Dekan College of Science ANU Sampaikan Kuliah Tamu Tentang Drug Resistance di Fakultas Biologi UGM

Obat-obatan, antibiotik dan resitensi merupakan hal yang sangat umum di dunia farmasetikal. Hal ini berkaitan dengan kemampuan mikroorganisme dalam beradaptasi setelah terpapar antibiotik atau obat-obatan dalam dosis yang non-letal. Pada kuliah umum berjudul “Waging Chemical Warfare on Microorganism: Drugs and Drug-resistance”, Prof Kiaran Kirk, peneliti sekaligus Dean of College of Science, Australian National University Australia memaparkan secara umum bagaimana suatu obat-obatan dan antibiotik bekerja pada manusia dan bagaimana resistensi dapat terjadi secara terus menerus akibat adanya proses mutasi.

Dalam kesempatan ini, Prof. Kiaran Kirk juga memaparkan bahwa dari sisi industri farmasetikal, terjadi penurunan tren dalam penemuan antibiotik baru. Hal ini disebabkan 2 hal, tingginya investasi yang dibutuhkan serta tidak menguntungkan dari sisi financial returns. Hal ini tentu berkaitan erat dengan resitensi dari mikroorganisme itu sendiri. Sehingga, antibiotik baru yang berhasil dibuat mungkin hanya akan bertahan dalam waktu yang tidak lama di pasar disebabkan menurunnya efektifitas antibiotik tersebut akibat resistensi. Sebagi contoh, Prof.Kiaran Kirk memaparkan Chloroquine yang merupakan salah satu antimalaria paling fenomenal namun sekarang sudah tidak efektif lagi karena resistensi dari parasit malaria.

Lebih lanjut, secara spesifik Prof. Kiaran Kirk juga menyampaikan capaian terbaru sekaligus tantangan dalam penemuan vaksin malaria saat ini. Malaria merupakan salah satu penyakit yang masih menjadi tantangan umat manusia saat ini. Menurut data dari WHO, Malaria merenggut lebih dari 600.000 orang setiap tahunnya. Selain karena persebarannya sangat cepat, saat ini belum ditemukan antimalaria yang efektif. Salah satu metode terbaru yang saat ini digunakan adalah melakukan skrining menggunakan robot untuk menguji ratusan ribu senyawa kimia yang efektif membunuh parasit malaria. Salah satu contoh senyawa kimia yang ditemukan adalah Spiroindolone KAE609 yang saat ini sedang dalam fase akhir clinical trials. Senyawa ini bekerja dengan menghambat sodium (Na+) pump di dalam sel sehingga kadar sodium di dalam sel meningkat dan membunuh parasit malaria. Meksipun demikian, dari penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa sudah ada indikasi resitensi dari parasit Malaria sehingga membutuhkan KAE609 dengan dosis yang lebih tinggi dari sebelumnya.

“Dalam dunia antimikrobia, atau secara spesifik anti parasit malaria, resistensi akan selalu terjadi dan tidak bisa dihindari karena berkaitan dengan mutase di dalam sel. Oleh karena itu, tantangan ke depan kita harus semakin memahami bagaimana obat-obatan dan antibiotik bekerja, bagaimana resitensi bekerja dan bagaimana mendesain clinical treatment sehingga meminimalisir resistensi” Pungkas Prof. Kiaran Kirk sekaligus menutup kuliah umum yang merupakan bagian dari tindak lanjut kerjasama antara ANU dan Fakultas Biologi dalam hal student dan staff mobility serta kerjasama riset.

Ikan Sidat: Komoditas Menjanjikan dan Upaya Konservasi

Di Indonesia, ikan sidat mungkin masih terdengar asing dibandingkan sumberdaya perikanan lainnya. Namun, di negeri matahari terbit, Jepang, sidat merupakan salah satu ikan yang mewah karena harga belinya yang tinggi. Read more

Coral Triangle: Potensi dan masa depan Terumbu Karang Indonesia.

Ketika berbicara mengenai kekayaan laut Indonesia, pada umumnya orang akan berfikir akan melimpahnya jumlah dan jenis ikan. Namun, terlepas dari hal itu, laut Indonesia juga kaya akan terumbu karangnya. Sebagian dari Indonesia, terutama Indonesia bagian timur, termasuk kedalam segitiga terumbu karang atau yang disebut juga dengan Coral Triangle (CT).

Read more

Selenggarakan Kuliah Umum, Fakultas Biologi UGM hadirkan Pakar DNA Forensik POLRI

Meski tidak diharapkan, namun kasus-kasus kriminal kerap kali terjadi di masyarakat. Dalam proses penelusuran tindak kriminal, ilmu biologi forensik berperan penting. Dengan pendekatan DNA forensik, barang bukti yang ditemukan di lokasi tindak kriminal dapat memberikan berbagai informasi penting, seperti identitas pelaku maupun korban, penyebab kematian, dan lain-lain. Proses analisis DNA forensik ini menjadi sebuah tugas penting yang diemban oleh Laboratorium DNA, Pusdokkes POLRI, Jakarta Timur, yang dipimpin oleh salah satu alumni Fakultas Biologi UGM, Drs. Putut Tjahjo Widodo, DFM. M.Si.

kuliah_umum_pasca_gb1

Dalam Kuliah Umum Program Pascasarjana Fakultas Biologi UGM, Drs. Putut hadir dan memaparkan bagaimana biolog berperan di Lab Forensik. Kuliah umum yang dibuka secara langsung oleh Dekan Fakultas Biologi UGM, Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc. ini diadakan di Auditorium Fakultas Biologi, UGM pada senin lalu (4/9).

Alumni Biologi tahun 1981 ini memparkan manfaat dari analisis DNA di berbagai permasalahan antara lain adalah mengungkap kasus kriminal seperti pembunuhan, mutilasi, dan lain-lain, Disaster Victim Identification (DVI) seperti dalam kasus jatuhnya pesawat, kasus perdata, maupun guna penelitian biologi forensik. “Hampir 40 persen kasus yang ditemukan oleh Lab DNA adalah terkait penelusuran anak kandung atau bukan”, tambah Drs. Putut di hadapan mahasiswa Pascasarjana dan dosen Fakultas Biologi UGM.

 “Kuliah umum ini harapannya memberikan gambaran bagaimana biologi berperan dalam menyelesaikan permasalahan. Biolog memiliki posisi yang sangat strategis. Selain itu, semoga ini menjadi simbol untuk kemajuan program pascasarjana biologi UGM.” Tutur Dr. Budi dalam sambutannya.

Pakar Herfetofauna Dunia Berbagi Ilmu dan Pengalaman di Fakultas Biologi UGM

Salah satu pakar Herfetofauna dunia yaitu Prof. Dr. Alexander Haas peneliti di Center for Natural History, University of Hamburg, Jerman hadir dan memberikan kuliah umum di Fakultas Biologi UGM pada hari Selasa,  15 Agustus 2017. Kali ini kuliah disampaikan oleh Prof. Dr. Alexander Haas dengan judul Approaches to the biodiversity and morphology of the frogs in the Sunda region.

Tujuan kuliah umum ini  dalam rangka menambah pengetahuan mahasiswa baik Program Sarjana dan Pascasarjana di Fakultas Biologi khusunya tentang teknik dan kemajuan penelitian amfibi di dunia saat ini. Kegiatan berlangsung selama hampir dua jam bertempat di Auditorium Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada dan diikuti oleh mahasiswa dan dosen di lingkungan Universitas Gadjah Mada maupun peserta umum.

Lebih dari 25 tahun, Prof. Dr. Alexander Haas berkonsentrasi terhadap penelitian kelompok amfibi khususnya berudu katak di Sunda Region (Sumatera, Kalimantan dan Jawa). Pemaparan diawali dengan menceritakan tentang CeNak (Center for Natural History) yaitu sebuah pusat penelitian berbasis museum  (Mineralogical, Paleontological and Zoological) dan pengalamannya melaksanakan penelitian di Asia. Prof. Alex menceritakan berbagai penelitian yang telah dilaksanakannya bersama mahasiswanya di wilayah Malaysia dan Indonesia terutama di Pulau Sumatera tentang evolusi kelompok berudu Gastromyzophorus.

Pemaparan selanjutnya dilanjutkan lebih spesifik lagi tentang bagaimana pentingnya mempelajari keanekaragaman amfibi berbasis morfologi. Menurut beliau “Penelitian dapat dilakukan pada individu dewasa maupun larvanya yaitu berudu. Teknik yang dapat dilakukan meliputi Micro-Computer Tomographie (µCT), HistologyEpiscopic microtomy, 3D-visualizationsFinite Element Analyse (FEA), Multibody dynamics (MBD) dan Phylogenetic systematics” ujar Alex.

Kuliah_umum_Prof.Alex_150817_gb2

Pada kesempatan tersebut hadir Dekan Fakultas Biologi UGM, Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc., sekaligus membuka acara kuliah umum. Dalam sambutannya Dekan menyampaikan: “Saat ini mahasiswa memiliki peluang besar dalam meneliti dan hal ini dapat didukung pula dengan berbagai skema beasiswa maupun pendanaan baik dalam negeri maupun luar negeri. Kehadiran Prof. Alexander memberikan kesempatan bagi kita untuk belajar dan lebih mengenal amfibi dari perspektif morfologi dan molekular menggunakan metode yang terkini karena Indonesia memiliki kekayaan genetik yang besar di dunia termasuk kekayaan Herfetofaunanya”. Acara tersebut dikoordinasi oleh Rury Eprilurahman, M.Sc. selaku U.P. Kemahasiswaan bekerjasama dengan Kelompok Studi Herpetologi (KSH) Fakultas Biologi UGM.

Kuliah Umum Prof. Tomohide Natsuaki: “Detection and Identify of Plant Virus Infection in Plant”

Tepat sehari setelah Hari Kemerdekaan RI, Fakultas Biologi UGM bersama dengan Fakultas Pertanian berkesempatan menyelenggarakan kuliah umum. Kuliah umum kali ini disampaikan oleh Prof. Tomohide Natsuaki dengan tema Detection and Identify of Plant Virus Infection in Plant. Prof Tomohide Natsuaki merupakan salah satu ahli plant virus terbaik dunia dengan ratusan publikasi ilmiah di jurnal bergengsi. Saat ini beliau juga menjabat sebagai Dekan Faculty of Agriculture Utsunomiya University  Jepang.

Berbeda dengan kuliah umum biasanya, kuliah umum kali ini juga diisi dengan presentasi singkat tentang penelitian mahasiswa bimbingan Prof. Natsuaki dan penjabaran singkat mengenai plant insect oleh Prof Sonoda. Kuliah diawali oleh penjelasan Prof Tomohide Natsuaki mengenai teknik terbaru dalam mendeteksi dan mengidentifikasi infeksi virus pada tanaman yaitu dengan menggunakan Next Generation Sequencing (NGS) dan Loop Mediated Isothermal Amplification (LAMP). Kedua teknik tersebut memiliki kelemahan dan kelebihan masing-masing. LAMP merupakan teknik baru yang memungkinkan identifikasi jenis virus langsung di lapangan. Kuliah kemudian dilanjutkan dengan penjabaran singkat riset di Laboratorium Prof Natsuaki, antara lain tentang mutasi pada initiation factor Potexvirus yang terbukti berperan dalam resistensi tanaman inang dan karakterisasi jenis begomovirus pada tanaman tomat dan cucurbitaceae di Indonesia.

kuliah_umum_Natsuaki_gb1

Utsunomiya University merupakan salah satu universitas di Jepang yang telah lama menjalin kerjasama dengan Universitas Gadjah Mada. Hal ini dibuktikan dengan prof Natsuaki yang rutin UGM dalam 5 tahun terkahir. Dalam kunjungannya kali ini beliau juga sempat melakukan field trip pada tanggal 16 -17 Agustus 2017. Pada kegiatan tersebut beliau mengunjungi lahan melon, cabai, dan terong di Bantul, Kulonprogo, dan Magelang. Selain untuk melakukan identifikasi jenis virus yang menginfeksi lahan pertanian di Jogja, beliau sekaligus melakukan uji coba efektifitas alat baru, yaitu LAMP.

Pada kesempatan kali ini, Dr. Budi Setiadi Daryono, M.Agr.Sc selaku Dekan Fakultas BIlogi UGM , menyempatkan diri secara khusus untuk hadir dan membuka acara ini. Beliau berharap ikatan yang kuat ini terus terjalin antara UGM dan Utsunomiya University kedepannya.  Tidak hanya itu, Dr. Budi juga berharap bahwa dengan mengikuti kuliah ini maka mahasiswa akan semakin sadar dan peduli akan ancaman infeksi virus pada tanaman yang dapat membahayakan produktivitas pertanian di Indonesia. Sebagai negara tropis, Indonesia merupakan ‘sarang’ penyakit baik yang berasal dari bakteri, jamur, dan virus. Ditambah lagi dengan fakta bahwa Indnesia adalah negara agraris sehingaga sudah saatnya masyarakat peduli dan memiliki pengetauan tentang plant pathology khususnya plant virus.